Tuesday 9 October 2018

Pengantar Teknologi Internet & New Media : Tugas User Interface Aplikasi

Alexander
Pada pertemuan yang pertama dalam mata kuliah Pengantar Teknologi Internet & New Media , kami langsung diberi tugas oleh dosen kami yaitu Bu Atika Laras. Tugasnya ini adalah membuat sebuah User Interface (UI) dari sebuah aplikasi E-Learning. Kami pun dibagi menjadi 6 kelompok yang mana 1 kelompok berisikan 6-7 orang , saya pun masuk pada kelompok 6 yang anggotanya adalah : Saidatul , M Alif , Yazid, Rema , Saya , Maharani dan Fadhel.

Kami pun berembuk untuk menentukan aplikasi apa yang ingin kita buat User Interfacenya. Setelah ditanya kami pun satu satu orang mengeluarkan pendapat dan ahirnya kami mendapat keputusan untuk membuat aplikasi E-Learning untuk anak yang berusia 5-7 tahun aplikasi ini bernama "Daily Routine". Aplikasi bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mengenal kosakata dalam bahasa inggris dan mengajarkan tentang cara cara melakukan aktifitas yang benar seperti (Cara Menggosok Gigi dll ).

Setelah kami sepakat akan membuat User Interface dari aplikasi "Daily Rountine" tadi kamu pun 1 persatu memberikan ide sistem apa yang akan dimasukan kedalam aplikasi tersebut dan setelah kami menggemukakan 1 persatu ide kami maka didapatkan :
  1. Fadhel   Bertugas untuk : Merancang UI aplikasi dan fitur Timer
  2. Yazid     Bertugas untuk : Merancang animasi dan fitur Achievement
  3. Saya      Bertugas untuk : Merancang fitur bantuan (help) 
  4. Rema    Bertugas untuk  : Merancang fitur level 
  5. Saidatul Bertugas untuk : Merancang penaskahan (intruksi) dan fitur nyawa 
  6. Mirani   Bertugas untuk : Merancang fitur restart 
  7. Alif        Bertugas untuk : Merancang fitur suara dan koin  
Dan untuk saya sendiri saya memberi ide untuk fitur bantuan atau help. Fitur ini berguna untuk membantu user ketika user tidak tahu sama sekali jawaban dari kosakata tersebut. Cara berjalan fitur ini itu ketika user tidak mengetahui bahasa inggris  dari benda yang kami tanyakan maka ada fitur bantuan yang mana ketika use menekan tombol bantuan maka akan keluar beberapa huruf yang akan membantu user untuk mengisinya, tetapi ada konsekuensi yang akan user terima ketika menekan tombol bantuan tersebut konsekuensinya adalah user kehilangan 1 nyawa (Love) . Didalam 1 game user diberi 3 nyawa / 3 kali sempatan jika nyawa tersebut habis maka user kalah dan fitur bantuan ini jika diklik akan mengurangkan nyawa tersebut itulah konsekuensi dari fitur bantuaan ini.



















Friday 8 June 2018

Alexander

CULTURE SHOCK


1. Apa itu Culture Shock ?

      Istilah "culture shock" pertama kali diperkenalkan oleh Oberg (1960) untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru. Istilah culture shock awalnya terdokumentasi dalam jurnal medis sebagai penyakit yang parah (berpotensi hilangnya nyawa seseorang), yang diperoleh individu saat ia secara tiba-tiba dipindah ke luar negeri. Namun istilah culture shock dalam istilah sosial pertama kali dikenalkan oleh seorang sosiolog Kalervo Oberg dalam Irwin, (2007) mendefinisikan culture shock sebagai “penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar lingkungan kulturnya. Istilah ini mengandung pengertian adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh individu tersebut ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang secara kultur maupun sosial baru. Oberg dalam Irwin, (2007) lebih lanjut menjelaskan hal itu dipicu oleh kecemasan individu karena ia kehilangan symbol-simbol yang selama ini dikenalnya dalam interaksi sosial, terutama terjadi saat individu tinggal dalam budaya baru dalam jangka waktu yang relative lama. 
     Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang "culture shock" diantaranya: 
1. Dayaksini, (2004) Istilah ini menyatakan ketiadaan arah, merasa tidak mengetahui harus berbuat apa atau bagaimana mengerjakan segala sesuatu di lingkungan yang baru, dan tidak mengetahui apa yang tidak sesuai atau sesuai. 
2. Ward (2001) mendefinisikan culture shock adalah suatu proses aktif dalam menghadapi perubahan saat berada di lingkungan yang tidak familiar. Proses aktif tersebut terdiri dari affective, behavior, dan cognitive individu, yaitu reaksi individu tersebut merasa, berperilaku, dan berpikir ketika menghadapi pengaruh budaya kedua. 
3. Edward Hall dalam bukunya yang berjudul Silent Language dalam Hayqal, (2011) mendeskripsikan culture shock adalah gangguan ketika segala hal yang biasa dihadapi ketika di tempat asal menjadi sama sekali berbeda dengan hal-hal yang dihadapi di tempat yang baru dan asing. 
4. Furnham dan Bochner (1970) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia mengenalnya maka ia tak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan itu. 
5. Adler dalam Abbasian and Sharifi, (2013) mengemukakan bahwa culture shock merupakan reaksi emosional terhadap perbedaan budaya yang tak terduga dan kesalahpahaman pengalaman yang berbeda sehingga dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya, mudah marah, dan ketakutakan akan di tipu, dilukai ataupun diacuhkan. 
6. Stella dalam Hayqal, 2011.Culture shock merupakan sebuah fenomena emosional yang disebabkan oleh terjadinya disorientasi pada kognitif seseorang sehingga menyebabkan gangguan pada identitas (disonan). 
7. Kim dalam Abbasian and Sharifi, (2013) menyatakan culture shock adalah proses generik yang muncul setiap kali komponen sistem hidup tidak cukup memadai untuk tuntutan lingkungan budaya baru.Selanjutnya Culture shock adalah tekanan dan kecemasan yang dialami oleh orang-orang ketika mereka bepergian atau pergi ke suatu sosial dan budaya yang baru. 
8. Littlejohn (2004, dalam Mulyana 2006) culture shock adalah perasaan ketidaknyamanan psikis dan fisik karena adanya kontak dengan budaya lain. 
9. Mulyana, (2008) Culture shock didefinisikan sebagai kegelisahan yang mengendap yang muncul dari kehilangan semua lambang dan simbol yang familiar dalam hubungan sosial, termasuk didalamnya seribu satu cara yang mengarahkan kita dalam situasi keseharian, misalnya bagaimana untuk memberi perintah, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan di mana kita tidak perlu merespon. 10. Ruben & Stewart dalam Hayqal, (2011). culture shock adalah rasa putus asa, ketakutan yang berlebihan, terluka, dan keinginan untuk kembali yang besar terhadap rumah. Hal ini disebabkan adanya rasa keterasingan dan kesendirian yang disebabkan oleh benturan budaya Culture shock bukanlah istilah klinis ataupun kondisi medis. 
11. Kingsley dan Dakhari, (2006). Culture shock merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan perasaan bingung dan ragu-ragu yang mungkin dialami seseorang setelah ia meninggalkan budaya yang dikenalnya untuk tinggal di budaya yang baru dan berbeda 

     Dari definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa culture shock merupakan suatu permasalahan yang melibatkan perasaan, cara berpikir dan berperilaku pada diri individu saat menghadapi perbedaan pengalaman maupun budaya. 
    Oberg menyatakan culture shock merupakan kecemasan yang timbul akibat hilangnya simbol hubungan sosial yang familiar (dalam Frandawati, 2009). Menurut Ward (2001) proses aktif dalam menghadapi perubahan saat berada di lingkungan yang tidak familiar merupakan bentuk culture shock. Proses aktif tersebut meliputi affective, behavior, dan cognitive individu yakni individu merasa, berperilaku dan berpikir ketika menghadapi budaya kedua. Ward (2001) menjelaskan bahwa affective berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dapat menjadi positif atau negatif. Individu akan merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, dan juga sedih karena datang ke lingkungan yang tidak familiar. Proses yang dihadapi dalam diri individu akan mempengaruhi ketika hidup bermasyarakat. Faktor yang mempengaruhi dalam reaksi individu seperti adanya perubahan hidup, kepribadian dan dukungan sosial yang harus dipertimbangkan. Faktor lain seperti perbedaan budaya, pengenalan budaya dan status mengenali suatu budaya (Ward, 2001). Menurut Furnham dan Bochner (1986) dimensi affective menjelaskan tentang perubahan hidup yang negatif baik psikis maupun fisik dalam menyesuaikan diri (Ward, 2001). Selain itu dukungan sosial juga dipandang sebagai sumber utama dalam menghadapi penyesuaian diri. Dukungan sosial dibangun dari berbagai sumber yang mencakup keluarga, teman, dan kenalan. 

2. Culture Shock Di lingkungan Mahasiswa

     Kita sebagai manusia harus mengejar cita-cita setinggi langit , begitu juga seorang mahasiswa yang ingin mengejar impianya dikampus idamannya tetapi terkadang banyak yang harus pergi kedaerah yang belum pernah mereka tinggali untuk mendapatkan kampus yang kita inginkan . Disaat itu juga kita dituntun untuk mengikuti cara atau kehidupan didaerah yang kita baru tinggali tersebut. Begitulah kehidupan Mahasiswa perantau mereka harus menyesuaikan kehidupan ditempat yang baru mereka tinggali. Pasti akan ada muncul banyak masalah yang harus dihadapi dengan sendiri ditempat mereka merantau itulah Vase yang dinamakan Culture Shock . 
Ada 2 penyebab munculnya masalah yang dihadapi mahasiswa perantau 
    > Penyebab Internal
Psikologis yang menunjukkan kemampuan intrapsikis untuk menghadapi lingkungan baru yang di kehendaki oleh pusat kendali internal. Dari hasil survey dari beberapa mahasiswa ditemukan beberapa masalah , seperti keterampilan berkomunikasi, pengalaman dalam setting lintas budaya, kemampuan bersosialisasi dan ciri karakter individu (toleransi atau kemandirian berada jauh dari keluarga sebagai orang-orang penting dalam hidupnya yang berperan dalam sistem dukungan dan pengawasan) benar berpengaruh pada besar-kecil terjadinya penyebab culture shock pada diri individu. 
      > Penyebab Eksternal
Adanya variasi sosiokultural yaitu kemampuan yang berhubungan dengan tingkat perbedaan budaya yang mempengaruhi tinggi rendahnya transisi antara budaya asal ke budaya baru. Gegar budaya terjadi lebih cepat jika budaya tersebut semakin berbeda, hal ini meliputi perbedaan sosial, budaya, adat istiadat, agama, iklim, rasa makanan, bahasa, gerak tubuh/ ekspresi tubuh hingga mimik wajah, cara berpakaian / gaya hidup, teknologi, pendidikan, aturan-aturan dan norma sosial dalam masyarakat serta perbedaan perilaku warga tuan rumah. 

(1) Pola, jenis, rasa dan porsi makan Salah satu perbedaan terbesar antara pendatang dengan tuan rumah yang biasanya menjadi masalah bagi individu pendatang itu ialah makanan. Pola, jenis, rasa dan porsi makan seseorang sangat berkaitan erat dengan kultur dimana ia tinggal dan telah melekat pada diri individu. Oleh karenanya, ketika individu berada di daerah tuan rumah dengan pola, jenis, rasa dan porsi makan yang berbeda, ia akan mengalami kekagetan dan frustasi yang mengarah pada terjadinya culture shock. Penyebab eksternal pembentuk culture shock yang peneliti dapatkan dan terbesar karena rata-rata semua informan paling dominan mengeluhkan ketidaknyamanan berupa perbedaan rasa masakan yang dirasakan oleh mahasiswa perantauan asal luar pulau jawa. 

(2) Bahasa daerah merupakan cerminan dari sebuah kebudayaan yang beradab. Bahasa tidak bisa dianggap mudah dengan sebelah mata dewasa ini. Individu yang mengalami kekagetan terhadap budaya baru sering kali dihubungkan dengan masalah bahasa sebagai salah satu penghambat yang cukup besar ketika menetap ditempat yang baru. Tidak menguasai atau bahkan tidak mengerti sama sekali bahasa merupakan suatu hal yang wajar yang 8 Jurnal Pendidikan Sosiologi 2015 menyebabkan timbulnya culture shock. 

(3) Adat Istiadat Merujuk pada tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat di setiap daerah yang notebene memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Adanya suatu tuntutan bagi individu perantau untuk mampu beradaptasi dengan adat istiadat di daerahnya yang baru sebagai bentuk menghargai di lingkungan tuan rumah dan cara agar mampu untuk membaur. Namun sayangnya, beradaptasi dengan adat istiadat yang baru bukanlah hal yang mudah bagi seorang pendatang, maka individu cenderung mengalami kekagetan budaya terutama dalam hal adat istiadat tersebut. 

(4) Gerak tubuh/ ekspresi mimik wajah Penyebab eksternal pembentuk culture shock berupa perbedaan gerak tubuh/ ekspresi mimik wajah yang dirasakan oleh mahasiswa perantauan asal luar pulau Jawa. 

(5) Pendidikan Seiring berjalannya waktu bertambahnya jaman, perkembangan pendidikan pun semakin melaju pesat. Perkembangan pendidikan yang semakin mutakhir ini menyebabkan masyarakat harus selalu ingin berusaha untuk mengikuti perkembangan pendidikan agar mampu bersaing di dunia global. Pendidikan juga merupakan hal penting dalam mempengaruhi timbulnya masalah culture shock atau gegar budaya. Individu perantau merasa gelisah, cemas atau bahkan takut tidak bisa mengikuti perkembangan pendidikan di tempat tinggal barunya sehingga individu cenderung merasakan kurang percaya diri. Individu perantau disini dituntut untuk berpikir keras bagaimana caranya untuk dapat mengikuti perkembangan pendidikan serta mampu mengaplikasikannya dikehidupannya. 

(6) Pergaulan Ketakutan ini menjadikan individu merasa canggung dalam menghadapi situasi yang baru, tempat tinggal yang baru dan suasana yang baru. Akibat ketidak pahaman mengenai pergaulan ini, individu juga akan merasa terasing dengan orang-orang disekelilingnya yang dirasa baru baginya. Pada keadaan seperti ini berpotensi timbulnya suatu pandangan yang mengarahkan individu untuk cenderung memilih berinteraksi menurut kelompok dengan identitas kebudayaan yang sama sebagai solusi yang paling tepat bagi individu perantau untuk menghindari dari perbedaan adat istiadat, kebiasaan, tingkah laku yang umumnya terjadi dimasyarakat di lingkungan yang baru. Dengan cara tersebut individu perantau berharap dapat lebih merasa nyaman yang setidaknya sama seperti saat di kampung halamannya.

(7) Geografis Penyebab geografis ini berkaitan erat dengan kondisi Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta 9 fisik lingkungan maka hal ini dapat berpengaruh secara langsung terhadap kondisi fisik individu yaitu kondisi kesehatan yang cenderung menurun ketika individu tersebut tinggal di suatu tempat tinggal yang baru, yang tentunya jauh berbeda dengan tempat tinggal semula sebagai proses penyesuaian secara fisik. 
(8) Agama dianggap sebagai salah satu penghambat individu dalam usahanya menyesuaikan di tempat tinggal yang baru, namun dengan kadar yang sangatlah kecil. Individu mengalami ketakutan tersendiri terhadap agama yang menjadi perbedaan yang sangat rentan dan tidak bisa disatukan dengan mudahnya.

3. Culture Shock Di lingkungan Masyarakat

Culture Shock dilingkungan Masyarakat tidak berbeda jauh dengan Di lingkungan Mahasiswa. Ada beberapa fase yang harus kita lewati atau menyesuaikan jika kita berada dilingkungan yang baru kita tempati agar kita bisa merasa nyaman.
1. Honeymoon Phase
Honeymoon Phase adalah sebuah fase dimana anda akan sangat menyukai apa yang anda alami di tempat baru anda. Anda akan menyukai bagaimana orang-orang lokal sangat sopan terhadap anda, menyapa dengan ramah, dan semua terasa indah bagai mimpi jadi nyata.
2. Negotiation Phase
Fase ini adalah fase dimana anda akan mulai merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekitar anda. Biasanya kendala bahasa adalah masalah utama. Anda mulai merasa cemas karena orang-orang di sekitar anda berbeda dengan orang-orang di lingkungan asal anda. Anda akan mulai merasa homesick dan ingin kembali ke tempat semula.
Biasanya bagi pelajar, pengalaman yang dirasakan pada fase ini adalah kecemasan karena perbedaan budaya. Perbedaan besar antara budaya barat dan timur yang cukup besar akan membuat pelajar Indonesia yang kuliah ke Amerika merasa lebih tertekan untuk dapat menyesuaikan diri dengan budaya barat.
3. Adjustment Phase
Fase ini biasanya dimulai setelah 6-12 bulan tinggal di Amerika. Anda akan mulai bisa menyesuaikan diri dengan budaya lokal. Semua akan mulai terasa lebih “normal” bagi anda. Anda merasa lebih bisa menyatu dengan lingkungan anda. Anda tidak lagi merasa berbeda dengan orang-orang di sekitar anda.
4. Mastery Phase
Pada fase ini anda sudah merasa sangat nyaman dengan pola kehidupan baru anda. Meskipun sudah nyaman dan terbiasa, bukan berarti anda sepenuhnya berubah. Anda tetap akan membawa ciri khas budaya asal anda, seperti aksen bicara, logat, kebiasaan, dan lainnya.
       Meskipun adaptasi adalah sebuah kemampuan yang sangat penting bagi kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, beberapa orang memilih untuk bertahan dengan budaya asalnya dan menganggap budaya tempat tinggal baru mereka sebagai bahaya.                                                                                                                                                     Orang-orang yang bersikap “defensif” ini dengan sengaja menolak untuk membiasakan diri dengan budaya baru tempat mereka tinggal. Mereka menganggap budaya asal mereka sebagai satu-satunya budaya yang paling benar di dunia. 60% ekspatriat memiliki sikap seperti ini. Mereka tidak hanya akan kesulitan beradaptasi di negara tujuan, tetapi juga akan kesulitan ketika kembali ke negara asalnya.
Beberapa orang (10% dari seluruh ekspatriat) mampu beradaptasi sepenuhnya dengan budaya di negara tujuan. Mereka pada umumnya menetap di negara tersebut.30% dari jumlah total ekspatriat berada di tengah-tengah, Kelompok ini mau menerima budaya lokal yang mereka anggap baik. Orang-orang di grup ini mampu beradaptasi dengan baik dan tidak akan mengalami masalah adaptasi jika mereka harus berpindah-pindah negara. Mereka juga tidak akan mengalami masalah ketika kembali ke negara asal.

3. Bagaimana Cara Mengatasi Culture Shock?

Lalu, bagaimana agar tidak mengalami depresi akibat culture shock ketika kuliah di Amerika atau negara lainnya? Cara paling mudah adalah dengan mempelajari dengan baik tempat tujuan anda. Baca buku panduan tentang daerah tujuan anda, tanya kepada yang sudah pernah tinggal di sana, atau cari informasi dari internet. Saran saya, jangan sekali-kali membayangkan daerah tujuan anda seperti yang ditayangkan di film, karena kenyataannya akan sangat jauh berbeda.
Cara terbaik untuk mendapatkan teman adalah dengan humor. Tapi ingat untuk mempelajari budaya Amerika, atau negara lain tujuan anda, terlebih dahulu sehingga humor anda tidak menyinggung perasaan orang lokal.
Pelajari tempat-tempat penting seperti supermarket, rumah sakit, kantor pos, restoran, dan lain-lain di daerah anda. Anda harus aktif bertanya kepada penduduk lokal. Mengetahui posisi tempat-tempat umum sangat penting, terutama jika anda belum terlalu mengenal tempat tinggal anda yang baru.



Thanks To .. 
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/viewFile/3946/3612
https://gudangilmue.wordpress.com/2014/05/24/apa-itu-culture-shock-dan-bagaimana-cara-mengatasinya/


https://www.researchgate.net/profile/...3/.../SUARDI+CULTURE+SHOCK.pdf?...

Friday 27 April 2018

Penggunaan Fungsi pada python

Alexander
PENGGUNAAN FUNGSI PADA PYTHON


Kali ini saya akan menjelaskan penggunaan fungsi pada aplikasi PYTHON. sebelumnya fungsi ini berguna untuk menyimpan nilai atau statment. 

Untuk membuat fungsi pada PYTHON kita menggunakan statment DEFF contohnya statment deff pada PYTHON 
     deff namafungsi() :
     Print "Statment"

setelah kita membuat fungsi , maka kita juga harus memanggil fungsi nya agar keluar pada form outpunya , untuk memanggil fungsinya adalah dengan cara menuliskan nama fungsinya saja / namafungsi() . Contohnya
     #membuat fungsi
     deff namafungsi() :
     Print "Statment"

     #memanggil fungsi
     namafungsi()

Nah sekarang saya akan mengimplementasi kan fungsi yang tadi kedalam program . Pertama saya buat terlebih dahulu kodinganya yang menggunakan fungsi

   buku = []
  def show_data():
    if (len(buku)) <= 0 :
        print "Belum Ada Data"
    else:
        for indeks in range (len(buku)):
            print "[%d] %s" % (indeks, buku[indeks])

def insert_data():
    buku_baru = raw_input("Judul Buku: ")
    buku.append(buku_baru)

def edit_data():
    show_data()
    indeks = input("Inputkan ID buku: ")
    if (indeks > len(buku)):
        print "ID Salah"
    else:
        judul_baru = raw_input("Judul baru: ")
        buku[indeks] = judul_baru

def delete_data():
    show_data()
    indeks = input("Inputkan ID buku: ")
    if(indeks > len(buku)):
        print "ID salah"
    else:
        buku.remove(buku[indeks])

def show_menu():
    print "\n"
    print "======Menu====="
    print "[1] Show Data"
    print "[2] Insert Data"
    print "[3] Edit Data"
    print "[4] Delete Data"
    print "[5] Exit"

    menu = input("Pilih Menu : ")
    print "\n"

    if menu == 1 :
        show_data()
    elif menu == 2:
        insert_data()
    elif menu == 3:
        edit_data()
    elif menu == 4:
        delete_data()
    elif menu == 5:
        exit()
    else:
        print "Input yang Anda masukan salah"
   
if __name__ == "__main__":
    while(True):
        show_menu()


Nah sekarang saya akan menjelaskan kodinganya satu per satu
            buku = []  
// pada kodingan ini saya membuat array bernama buku

             def show_data():
                if (len(buku)) <= 0 :
                    print "Belum Ada Data"
               else:
               for indeks in range (len(buku)):
                   print "[%d] %s" % (indeks, buku[indeks])
// Pada kodingan ini kita membuat fungsi dengan nama showdata , nah nah ini berguna untuk                             mengecek apakah ada data di array buku, jika datanya blum ada maka akan menguluarkan                           output "Belum Ada Data" tetapi jika data sudah tersedia diarraynya makan akan memanggil isi                       dari arraynya

             def insert_data():
               buku_baru = raw_input("Judul Buku: ")
               buku.append(buku_baru)
// Pada kodingan ini saya akan membuat fungsi bernama insert_data , fungsi ini berguna untuk                           menambahkan data kedalam array buku untuk menambahkanya maka memakai kodingan                             buku.append

               def edit_data():
                  show_data()
                   indeks = input("Inputkan ID buku: ")
                     if (indeks > len(buku)):
                        print "ID Salah"
                    else:
                        judul_baru = raw_input("Judul baru: ")
                       buku[indeks] = judul_baru
 // Pada kodingan ini saya membuat fungsi dengan nama edit_data, fungsi ini berguna untuk                               mengedit data yang ada pada array bukunya.Pertamanya kita menginputkan terlebih dahulu ID                       buku yang akan kita edit , jika ID buku yang kita masukan tidak ada didalam array maka akan                     mengueluarkan output ID salah, jika IDnya tersedia maka akan mengeluarkan output,                                   penginputan  yaitu Judul baru : setelah itu kita masukan judul baru yang akan kita edit

                def delete_data():
                 show_data()
                 indeks = input("Inputkan ID buku: ")
                  if(indeks > len(buku)):
                    print "ID salah"
                 else:
                    buku.remove(buku[indeks])
//  Pada kodingan ini saya membuat fungsi dengan nama delete_data , fungsi ini berguna untuk                            mendelete data yang ada didalam array buku, sama seperti edit pertama kita masukan ID                              bukunya terlebih dahulu , kalau ID bukunya salah maka akan mengeluarkan ouput id salah,                            kalau ID bukunya tersedia maka data yang berID itu akan terhapus secara otomatis

                   def show_menu():
                     print "\n"
                     print "======Menu====="
                     print "[1] Show Data"
                     print "[2] Insert Data"
                     print "[3] Edit Data"
                     print "[4] Delete Data"
                     print "[5] Exit"
                  menu = input("Pilih Menu : ")
                     print "\n"
                      if menu == 1 :
                         show_data()
                    elif menu == 2:
                        insert_data()
                    elif menu == 3:
                       edit_data()
                    elif menu == 4:
                       delete_data()
                    elif menu == 5:
                      exit()
                   else:
                      print "Input yang Anda masukan salah"
// Nah kali ini kita akan membuat fungsi dengan nama Show_Menu, fungsi ini berfungsi sebagai                         pilihan menu , menu-menu yang tersedia adalah fungsi fungsi yang tadi sudah kita buat. langkah                       pertamanya kita buat terlebih dahulu urutan-urutan menunya , setelah itu kita akan membuat                          inputan untuk memilih menunya , setelah semuanya itu telah dilakukan maka kita membuat if                          elsenya , bisa juga mengguakan switch case, tapi disini saya menggunakan if else. jika menu                          yang kita pilih adalah 1 maka akan menjalankan fungsi show_data. bgtu selanjutnya sesuai yang                    kita buat harus sama dengan nama-nama menu yang diatas. jika user memilih angka yang tidak                      ada di menu maka akan mengeluarkan output "Input yang Anda masukan salah"

                  if __name__ == "__main__":
                   while(True):
                  show_menu()
// nah kita sudah menuju ke kodingan yang terakhir , ini berguna untuk mengulangkan program ,                      program tidak akan keluar sampai user memilih menu exit


Nah saya sudah menjelaskan penggunaan fungsi dan pengimplementasian fungsi ke program yang tadi saya buat. 
Demikianlah penjelasan fungsi dan penggunaannya versi saya , maafkan jika ada beberapa script yang salah atau penjelasan yang salah . Trimakasih :)
        


Friday 20 April 2018

Nilai - Nilai Perusahaan BNI

Alexander

Nilai - Nilai Perusahaan BNI :

Integrity
Menjunjung tinggi kejujuran dan keselarasan dalam pemikiran, perkataan serta perbuatan.

Customer Oriented
Memberikan kualitas pelayanan kebutuhan pelanggan internal dan eksternal melebihi dari yang mereka harapkan

Trust
Dapat dipercaya dan teguh memegang amanah dalam memenuhi janji baik kepada nasabah maupun rekan kerja.

Passion for Excellence
Selalu memberikan hasil kerja terbaik dan terus meningkatkan keahlian.

Teamwork
Membina sinergi dan kerja sama antar individu dengan optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.

Innovative
Menggunakan dengan maksimal semua sumber daya yang ada dengan kreatifitas tinggi untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan berkala.

Embrace Change
Aktif melakukan perubahan yang diperlukan dan siap menerima dan menjalankan perubahan yang terjadi kapan saja diperlukan.



Referensi :
https://www.bni-life.co.id/id/visi-misi

Saturday 24 March 2018

Visi Dan Misi serta beberapa info tentang "Bank BNI"

Alexander

Sejarah Bank BNI 
D
idirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.
Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955.
Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin strategis dengan munculnya inisiatif untuk melayani seluruh lapisan masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1960-an dengan memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung, Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Tujuan utama dari pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang tinggal di kepulauan seperti di Kepulauan Riau atau daerah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat seperti Kalimantan. BNI juga meluncurkan Bank Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling sebagai upaya proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.
Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Segmentasi nasabah juga telah dibidik BNI sejak awal dengan dirintisnya bank yang melayani khusus nasabah wanita yaitu Bank Sarinah di mana seluruh petugas bank adalah perempuan dan Bank Bocah yang memberikan edukasi kepada anak-anak agar memiliki kebiasaan menabung sejak dini. Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak-anak. Bahkan sejak 1963, BNI telah merintis layanan perbankan di perguruan tinggi saat membuka Kantor Kas Pembantu di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta terkemuka di Indonesia.
Dalam masa perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas korporatnya untuk menyesuaikan dengan pasar keuangan yang dinamis. Identitas pertama sejak BNI berdiri berupa lingkaran warna merah dengan tulisan BNI 1946 berwarna emas melambangkan persatuan, keberanian, dan patriotisme yang memang merefleksikan semangat BNI sebagai bank perjuangan. Pada tahun 1988, identitas korporat berubah menjadi logo layar kapal & gelombang untuk merepresentasikan posisi BNI sebagai Bank Pemerintah Indonesia yang siap memasuki pasar keuangan dunia dengan memiliki kantor cabang di luar negeri. Gelombang mencerminkan gerak maju BNI yang dinamis sebagai bank komersial Negara yang berorientasi pada pasar.
Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding untuk membangun & memperkuat reputasi BNI. Identitas baru ini dengan menempatkan angka ‘46’ di depan kata ‘BNI’. Kata ‘BNI’ berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka ‘46’ dalam kotak orange diletakkan secara diagonal untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

Visi dan Misi BNI
Misi BNI: 
"Menjadi Lembaga Keuangan yang Unggul dalam Layanan dan Kinerja"
Visi BNI : 

  1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama.
  2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
  3. Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.
  4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan komunitas.
  5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik bagi industri.

Penghargaan yang pernah diraih 
  • Best Trade Finance Bank dan Best Cash Management Bank yang kesepuluh kalinya dari Alpha Southest Asia Best Financial Institution Awards.
  • Best Local Cash Management Bank in Indonesia (as voted by Large and Medium Corporates) dan 2nd Best Local Cash Management Bank in Indonesia (as voted by Small Companies) 2016 dari Asiamoney.
  • Best in Cash Management Indonesia Bank 2016 dari CFO Innovation.
  • Most Trusted Company based on Investors and Analysts Assesment Survey 2016 dari Majalah SWA.
  • Most Trusted Company based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2016 dari Majalah SWA.
  • Best State Owned Enterprise 2016 dari Indonesia Institute for Corporate Directorship.
  • Peringkat I Sustainability Reporting Award 2016 dari NCSR.
  • Peringkat II Sustainable Finance Award 2016 dari Otoritas Jasa Keuangan.
  • Best Digital Brand (Kartu Kredit Bank Umum Konvesional) dari Infobank.
  • Rekor Muri berupa Pembukaan 100.000 Rekening Tabungan SIMPEL saat Program Makassar Smart Student Card 2016.
  • Rekor Bisnis 2016 dari Koran Sindo dan Tera Foundation.
  • Indonesia Best e-Mark Award 2016 dari Telkom University.

Budaya BNI
Berberapa budaya yang diterapkan oleh Bank BNI agar tercapainya tujuan Bank BNI 

Budaya Kerja BNI "PRINSIP 46" merupakan tuntunan perilau insan BNI, terdiri dari :

4 (Empat) Nilai Budaya Kerja BNI :
1. Profesionalisme
2. Integritas
3. Orientasi Pelanggan
5. Perbaikan Tiada Henti

6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI
1. Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik
2. Jujur, Tulus dan Ikhlas
3. Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
4. Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis
5. Senantiasa Melakukan Penyempurnaan
6. Kreatif dan Inovatif

Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI, 6 (enam) Perilaku Utama Insan BNI adalah :
4 NILAI
BUDAYA KERJA BNI
6 NILAI PERILAKU UTAMA
INSAN BNI
Profesionalisme
(Professionalism)
  • Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik
Integritas
(Integrity)
  • Jujur, Tulus dan Ikhlas
  • Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
Orientasi Pelanggan
(Customer Orientation)
  • Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis
Perbaikan Tiada Henti
(Continuous Improvement)
  • Senantiasa Melakukan Penyempurnaan
  • Kreatif dan Inovatif

BNI selalu percaya bahwa pegawai merupakan salah satu aset paling berharga bagi organisasi dan perusahaan manapun. Keberlanjutan tidak akan mungkin dicapai tanpa andil dari pegawai. BNI pun berusaha menciptakan kondisi dan pengalaman bekerja terbaik untuk seluruh pegawai. BNI menginginkan setiap pegawai merasa bangga menjadi bagian dari keluarga BNI serta dapat berkarya dan menorehkan prestasi bersama. Tentunya, tanpa dedikasi dan kerja keras seluruh pegawai, BNI tidak akan mungkin tumbuh dengan balk dan mencapai keberlanjutan


Kode Etik
Sebagaimana kita ketahui bersama, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (“BNI”) senantiasa berupaya berupaya menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (“GCG”) sebagaimana dikehendaki oleh segenap stakeholder. Untuk mewujudkan hal itu, BNI telah memiliki Code of Conduct (CoC) yang dinamakan Kode Etik BNI. CoC merupakan pedoman internal perusahaan yang berisikan sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen, seta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan baik Insan BNI dalam menjalankan bisnis dan aktivitas lainnya, serta dalam berinteraksi dengan para pemangku kepentingan. Kode Etik BNI pertama kali dicanangkan oleh Direksi Nomor DIR/285 tanggal 10 Agustus 2001 dengan sebutan Code of Conduct Bank BNI.
Untuk mempercepat pencapaian visi, BNI melakukan revitalisasi dengan melakukan review Code of Conduct Bank BNI. Sejalan dengan perubahan call name Bank BNI menjadi BNI, maka sebutannya berubah menjadi Code of Conduct BNI atau disingkat dengan CoC BNI. Maksud dan tujuan dari revitalisasi Kode Etik BNI antara lain adalah pertama, untuk menyempurnakan pedoman etika bagi seluruh Insan BNI dalam menjalankan aktivitas perusahaan serta lebih mendorong pemahaman dan kesadaran insan BNI terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG. Kedua, sebagai kriteria dalam menilai apakah individu di dalam perusahaan telah berperilaku sesuai dengan yang diinginkan perusahaan atau menyimpang dari peraturan tersebut. Ketiga, mengidentifikasi standar-standar dan etika dalam perusahaan agar sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Implementasi CoC di atas, diharapkan mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif bagi segenap Insan BNI, serta menciptakan kerja sama tim yang solid.
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya mengharapkan seluruh Insan BNI di manapun berada, agar mempedomani dan melaksanakan CoC dengan sungguh-sungguh dan konsisten, khususnya dalam melaksanakan tugas sehari-hari, sehingga visi dan misi bank yang kita cintai ini dapat segera terealisasi.


Referensi :
http://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/tentangbni/sejarah
http://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/tentangbni/visimisi
http://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/tentangbni/penghargaan
http://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/tentangbni/budayaperusahaan